KEPO ZONE - Jakarta- Pada 30 September
tahun ini, pesawat antariksa pertama yang pernah mengorbit sebuah komet,
Rosetta, secara ‘heroik’ menabrakkan diri ke 67P demi mendapatkan gambar benda
angkasa luar itu dari jarak dekat.
Itu merupakan
akhir dari misi Rosetta yang diluncurkan dari Bumi 12 tahun lalu. Selama dua
tahun terakhir, probe milik Badan Antariksa Eropa (ESA) tersebut telah
mengelilingi komet 67P yang berjarak jutaan kilometer dari Bumi.
Salah satu
pencapaian signifikan dari pesawat antariksa itu adalah diperolehnya data yang
mengungkap bahwa susunan komet mengandung sejumlah dasar kehidupan. Menurut
ilmuwan, tabrakan dengan komet membantu mengawali kehidupan di Bumi.
Di balik
kabar baik itu, ternyata komet juga diyakini menjadi ancaman keberlangsungan
Bumi.
67P
diperkirakan berukuran 4 kilometer. Jika komet tersebut menghantam Bumi,
diprediksi akan mengakhiri peradaban yang ada saat ini.
Sebuah komet
yang hanya berdiameter 152 meter diyakini telah menyebabkan peristiwa Tunguska
di Siberia pada 1908. Dalam kejadian itu, 2.589 kilometer persegi hutan rata
akibat ledakan yang setara dengan kekuatan 15 megaton bom.
Namun komet
Tunguska belum seberapa jika dibandingkan dengan komet berukuran 16 kilometer
yang hampir bertabrakan dengan Bumi sekitar tiga setengah ribu tahun lalu.
Komet Terbesar
Hampir Menabrak Bumi
Komet berukuran
16 kilometer itu direkam oleh bangsa Mesir pada tahun ke-22 Pemerintahan Firaun
Tuthmosis III. Benda antariksa itu digambarkan sebagai piringan yang lebih
besar dari Bulan purnama.
Seorang
astronom China yang secara cermat mencatat kejadian langit untuk tujuan
astrologi, turut mencatat peristiwa tersebut. Mawangdui Silk Almanac yang
disimpan di Hunan Provincial Museum menggambarkannya sebagai salah satu komet
terbesar yang pernah diamati.
Tak hanya
mengisi sebagian besar langit, komet tersebut memiliki 10 ekor. Sebagai
perbandingan, komet terbesar yang diamati sejak kelahiran astronomi modern, De
Cheseaux (1744), hanya punya tujuh ekor.
Catatan Mesir
bernama Tulli Papyrus itu ditemukan dalam sebuah naskah yang sekarang berada di
Perpustakaan Vatikan. Sejumlah penulis pun telah mengutip manuskrip itu sebagai
bukti adanya penampakan UFO kuno, sehingga beberapa ilmuwan mempertanyakan
keasliannya.
Cakram bersayap Orang Asiria yang muncul setelah komet raksasa mendekati
Bumi pada 1486 SM (Public Domain)
Namun sejumlah peneliti meyakini keaslian peristiwa itu. Tahun ke-22
pemerintahan Tuthmosis III diperkirakan terjadi sekitar 1486 SM, sama ketika
astronom China mengamati komet berekor 10.
Komet yang melintas dekat dengan Bumi itu tampaknya memiliki
penampilan spektakuler sehingga memiliki pengaruh besar pada agama-agama di
seluruh dunia. Pada saat itu, peradaban kontemporer di seluruh dunia mulai
menyembah dewa baru yang digambarkan sebagai cakram bersayap di langit.
Di China, dewa
Lao-Tien-Yeh yang muncul pada masa Dinasti Sang digambarkan sebagai sebuah
lingkaran dengan serangkaian garis lurus memancar dalam bentuk kipas, tampak
mirip dengan gambaran komet.
Secara
menakjubkan, gambar tersebut hampir identik dengan simbol dewa baru yang muncul
di Mesir pada masa pemerintahan Tuthmosis III, yakni Aten. Dewa tersebut
digambarkan sebagai lingkaran dengan serangkaian garis lurus, hampir serupa
dengan simbol Lao-Tien-Yeh.
Seperti dikutip
dari Ancient Origins, Jumat (7/10/2016), para ahli Mesir Kuno berasumsi bahwa
simbol Aten merepresentasikan Matahari. Namun, tidak ada tulisan khusus yang
mengaitkannya dengan Dewa Matahari.
Simbol Aten banda Mesir Kuno
(Public Domain)
Kemunculan
agama baru bukan satu-satunya peristiwa yang terjadi saat komet besar itu
mendekati Bumi. Di seluruh dunia, terdapat periode kekerasan yang belum pernah
terjadi sebelumnya.
Bangsa Mesir
mulai melakukan operasi militer nan ganas dan menaklukkan wilayah yang sekarang
merupakan Israel, Lebanon, dan Libya; Di Suriah, Kerajaan Mitanni menyerang
Asyur (Irak); Peradaban Harappa di India diserang oleh suku perampok dari
Afghanistan.
Para ahli
umumnya meyakini, perang intens dan kerusuhan sosial di seluruh dunia disebabkan
karena perubahan iklim jangka pendek akibat penurunan suhu secara global. Hal
tersebut menyebabkan kegagalan panen dan menimbulkan ketakutan akan kelangkaan
sumber daya sehingga memicu konflik.
Lalu, apa yang
menyebabkan Bumi mengalami penurunan suhu hingga satu dekade lamanya?
Ancaman Bagi
Kehidupan dan Peradaban
Pada 1985,
astronom bernama Carl Sagan mengidentifikasi komet raksasa yang melintas pada
1486 SM itu sebagai Komet 12P/Pons-Brooks.
Menurutnya,
terdapat patahan dari benda antariksa itu yang meledak dan melemparkan
puing-puing ke atmosfer Bumi. Hal tersebut menghalangi sinar Matahari selama
bertahun-tahun dan menyebabkan suhu global turun drastis.
Namun peristiwa
itu tak hanya dapat terjadi akibat ledakan serpihan komet. Pada Konferensi
Internasional tentang Bencana dan Kepunahan Massal yang diselenggarakan di Wina
pada Juli 2000, para ilmuwan berkumpul untuk membahas kemungkinan ancaman
kehidupan di Bumi yang ditimbulkan oleh dampak asteroid dan komet.
Para peneliti
tertarik pada beberapa bahan kimia berbahaya yang terkandung dalam komet. Salah
satunya adalah vasopresin yang dapat membuat perilaku manusia menjadi keras dan
agresif.
Penampakan Bumi dilihat dari
angkasa luar (apod.nasa.gov)
Hingga kini
belum diketahui apakah 12P/Pons-Brooks mengandung vasopresin. Namun jika itu
terjadi, maka substansi yang memasuki atmosfer mencemari rantai makanan dan
bertanggung jawab atas periode peperangan yang terjadi pada 1400-an SM.
Setelah misi
Rosetta berakhir, para astronom mengungkap bahwa sebuah fragmen Komet
12P/Pons-Brooks akan mendekati Bumi pada 11 Februari 2017.
Komet tersebut
telah pecah menjadi beberapa bagian setelah melintas dekat dengan Yupiter.
Benda antariksa itu berukuran sekitar 1,6 km dan diprediksi tak akan menabrak
Bumi.
Namun terdapat
kemungkinan bahwa Orbit bumi akan membawa kita melalui jejak komet. Meski
demikian, belum diketahui apakah terdapat dampak dari hal tersebut atau tidak.
Komet utama
12P/Pons-Brooks yang memiliki lebar lebih dari 8 km diprediksi akan kembali ke
tata surya bagian dalam pada 2024. Namun hingga kini belum diketahui seberapa
dekat benda antariksa itu akan melintasi Bumi.
Liputan6.com
0 Response to "Komet “Pemicu Perang dan Kerusuhan” Mendekati Bumi Pada 11 February 2017??"
Posting Komentar